Kritik Blau terhadap Birokrasi Ideal Menurut Max Weber

Direktur Riset dan Pusat Data InMind Institute Fitriyah Nur Fadilah, S.Sos., M.I.P. merangkum kritik terhadap birokrasi ideal dari Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer dalam buku mereka yang berjudul Birokrasi dalam Masyarakat Modern.

Untuk memahami mengenai birokrasi secara ideal, Blau di dalam tulisannya memaparkan mengenai teori Max Weber yang menjelaskan mengenai karakteristik pokok dari struktur birokrasi. Terdapat enam karakter tipe ideal birokrasi dalam pandangan Weber, yakni: pertama, Weber mengartikan birokrasi sebagai “berbagai kegiatan aktivitas regular untuk mencapai tujuan dari organisasi dengan melalui suatu cara yang baku sebagai bentuk dari kewajiban resmi.” Sehingga dengan penegrtian tersebut, terjadi pembagian kerja yang jelas di dalam sebuah struktur birokrasi, dengan adanya spesialisasi-spesialisasi dalam tugas kerja.

Kedua, adanya prinsip hirarki di dalam organisasi birokrasi, sehingga kantor yang lebih rendah berada di dalam pengawasan kantor yang lebih tinggi. Ketiga, kegiatan birokrasi dilakukan melalui kaidah-kaidah abstrak yang konsisten atau dengan kata lain adanya uniformitas di dalam melakukan pekerjaannya. Keempat, di dalam menjalankan tugasnya, seorang birokrat harus melakukannya dengan impersonalitas formalistik, ‘sine ira et studio,’ yakni tanpa kebencian atau kegairahan, tanpa antusiasme atau afeksi. Sehingga dengan sikap ini para birokrat memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh masyarakat, tanpa ada kedekatan pribadi yang tercipta. Hingga kemudian terciptalah unsur keadilan di dalam memberikan pelayanan.

Kelima, rekrutmen anggota dilakukan berdasarkan kualifikasi teknis dan terhindar dari pemecatan secara sewenang-wenang. Sehingga melalui sistem ini diharapkan akan membentuk loyalitas dan esprit de corps di kalangan birokrat. Keenam, tingkat efisiensi yang paling tinggi dapat dicapai dengan menerapkan tipe organisasi administrasi yang murni birokratis. Di dalam keenam pandangan ini, Weber memberikan sebuah analisis fungsional birokrasi, yakni sebuah struktur sosial dijelaskan dengan cara memperlihatkan bagaimana setiap elemen-elemennya memberikan konribusi terhadap efektifitas birokrasi.

Namun Blau tidak sependapat dengan teori tipe ideal yang dibentuk oleh Weber yang menurut banyak kalangan merupakan sebuah bentuk birokrasi yang imajiner dan tidak sanggup memberikan pemahaman yang konkret mengenai birokrasi. Sebab dari berbagai kajian mengenai birokrasi yang telah dilakukan, seringkali terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap bentuk tipe ideal, namun ternyata tetap memberikan konsekuensi efisiensi terhadap birokrasi.

Di dalam menjelaskan mengenai perubahan organisasi-organisasi yang semakin lama bersifat administrasi birokrasi, Blau menjabarkan tedapat beberapa kondisi yang menyebabkan hal ini. Secara historis, kemunculan birokrasi disebabkan adanya ekonomi uang. Sebagaimana yang terjadi di China dan Mesir, ekonomi uang yang menyebabkan pembayaran gaji-gaji regular yang menjadikan adanya kombinasi ketergantungan sekaligus kemandirian yang kondusif terhadap kinerja tugas-tugas birokrasi yang terpercaya. 

Di Mesir, pengaturan irigasi yang besar dan kompleks telah mendiring terciptanya birokrasi untuk pertama kalinya. Sedangkan di negara-negara Barat, kapitalisme telah mendorong terbentuknya birokrasi. Weber berpandangan bahwa kapitalisme modern tidak akan mampu berkembang tanpa birokrasi. Sehingga kemudian kapitalisme mendukung operasi pemerintahan yang efektif dan ekstensif, dan juga mengarahkan kehadiran birokratisasi di dalam bentuk lainnya. Meskipun eksistensi birokrasi tidak dipertahankan oleh sistem kapitalisme, melainkan ketergantungan birokrasi terhadap disiplin rasional. 

Selain kondisi-kondisi historis, kondisi-kondisi struktural juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan birokratisasi. Di dalam penelitian yang dilakukan Gouldner dalam mengkaji proses birokratisasi di sebuah pabrik Gipsum, Gouldner menemukan bahwa proses birokratisasi yang terjadi di pabrik tersebut dikarenakan ketidakmampuan seorang pemimpin dalam membentuk hubungan yang informal dengan bawahannya. Timbulnya ketidakpercayaan terhadap bawahannya dan ketiadaan hubungan informal di antara atasan dan bawahan telah menyebabkan terciptanya sebuah struktur kontrol formal yang kaku dan tidak efektif. Padahal berdasarkan perilaku pekerja tambang yang diamati Gouldner, hubungan-hubungan informal dan praktik-praktik tidak resmi di dalam struktur-struktur birokratisasi memiliki peran yang penting.

Selain itu, umur organisasi juga mendorong dari terciptanya iklim birokratisasi di sebuah organisasi. Di dalam organisasi angkatan bersenjata yang telah dibentuk berabad-abad lalu, memiliki struktur yang lebih otoriter jika dibandingkan pabrik-pabrik yang umurnya jauh lebih muda. Selain itu, organisasi yang telah ada sejak abad ke 19 tidak mengganti struktur-struktur aslinya. Selain ada anggapan tidak penting, tetapi juga ada mentalitas yang terbentuk untuk resisten terhadap perubahan. Sehingga meskipun telah dilakukan perubahan terhadap birokrasi, adanya pemikiran bahwa perubahan akan mengancam karir dan mengganggu kepentingan pihak-pihak tertentu, telah menimbulkan resistensi terhadap perubahan tersebut.

Secara keseluruhan di dalam tulisannya, Blau mencoba mengajak pembaca memahami birokrasi melalui teori Max Weber. Namun demikian, Blau tidak setuju dengan konsepsi Weber yang dianggapnya tidak mampu memberikan pemahaman yang sebenarnya mengenai struktur-struktur birokrasi yang konkret. Meskipun Blau telah memberikan pemaparan yang baik mengenai alasan-alasan dari kritiknya tersebut, namun Blau tidak memaparkan mengenai bagaimana konsep teori birokrasi yang lebih ideal, untuk menjawab kekurangan teori Weber yang dianggapnya imajiner tersebut. Inilah salah satu kelemahan tulisan Blau. Ia tidak memaparkan, baik dengan menggunakan teori-teori ilmuwan sosial lainnya ataupun menawarkan konsep-konsep miliknya, mengenai bagaimana idealisasi ataupun kondisi struktural sesungguhnya di dalam sebuah organisasi birokrasi. Jika membandingkan dengan tulisan Guy Peters yang berjudul The Politics of bureaucracy for Democracy: A Comparative, Guy Peters secara komprehensif memaparkan mengenai birokrasi dan pola-pola di dalamnya dari berbagai perspektif ilmuwan (Lihat lebih lengkap mengenai pemaparan birokrasi secara komparatif dalam buku B. Guy Peters, The Politics of Bureaucracy: A Comparative Perspective).

sumber gambar: https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/6508/wagub-kalteng-sidak-beberapa-kantor-pelayanan-publik

Views: 3257