Kemenangan AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) pada pemilu Turki tahun di 2002 yang merupakan pemilu pertamanya, menjadi sebuah harapan baru bagi kebangkitan partai Islam di berbagai dunia. Perolehan suara AKP yang mencapai hingga 34, 26 persen dan bertahan sebagai partai nomer satu di Turki hingga memasuki usia kedua puluhnya membuatnya menjadi rujukan bagi partai Islam di berbagai belahan dunia. Apalagi jika mengingat bahwa Turki merupakan negara sekuler, namun partai yang didirikan oleh aktifis Islam justru mampu menjadi pemenang pemilu.
Perolehan suara AKP juga cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada pemilu di tahun 2011 AKP mendapatkan suara 49,8 persen. Hingga pemilu terakhir tahun 2019 perolehan suara AKP masih mendominasi walaupun mengalami penurunan yakni sebesar 44,3 persen. Jika merujuk pada tulisan Yesilada (2016), faktor kemenangan AKP adalah karena kemampuan partainya untuk beradaptasi, termasuk di dalamnya kemampuan menghadirkan kepemimpinan karismatik dan program-program yang diinginkan rakyat Turki. Hal ini diperkuat dengan ketidakmampuan partai tengah – kanan yang ada di Turki untuk melakukan adaptasi yang diikuti dengan fenomena peningkatan tingkat religi penduduk Turki dan terakhir adalah persoalan ekonomi yang mendera Turki.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Inmind Instute, setidaknya ada empat faktor utama yang menyebabkan menangnya AKP di Turki. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan AKP di Turki diantaranya, pertama, faktor kesuksesan ekonomi. Kehadiran AKP mampu memberikan perbaikan ekonomi masyarakat Turki. Berdasarkan data mengenai ekonomi Turki, peningkatan ekonomi Turki jika dilihat dari angka GDP negaranya naik secara signifikan dari tahun 2002 hingga di tahun 2020 (lihat dalam lampiran). AKP membuktikan sebagai satu-satunya partai mayoritas di Turki selama dua puluh tahun terakhir, kabinetnya mampu memberikan perbaikan ekonomi yang signifikan kepada Turki.
AKP mampu mengeluarkan Turki dari krisis perbankan di tahun 2001, sehingga pertumbuhan perekonomian Turki antara tahun 2002 hingga 2013 cenderung stabil, dengan pertumbuhan perekonomian sebesar 5 persen. Erdogan bersama Ali Babacan membangun perekonomian dengan menyandarkan pariwisata sebagai andalan pemasukan Turki. Selain itu, AKP juga membangun infrastruktur yang first class. Pendidikan juga menjadi perihal yang dibangun oleh AKP dengan melakukan internasionalisasi pendidikan dengan mendatangkan pelajar internasional dari berbagai belahan dunia sehingga pendidikan di Turki ter-internasionalisasi. Untuk kelangsungan ekonomi, AKP juga melakukan investasi berkelanjutan di bidang teknologi. Turki banyak berinvestasi di dalam green technology.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh AKP juga tidak berbau Islamis, sehingga mendapat penerimaan oleh masyarakat luas. Kebijakan ini juga yang dulu dilakukan oleh Refah ketika masih berkuasa di tahun 80-an. Refah mengeluarkan kebijakan zero inflation dengan menerapkan mata uang berbasiskan emas dan perak. Hal seperti ini merupakan ekonomi Islam, namun istilah-istilah yang digunakan dilekatkan kepada barat yang cenderung bersifat developmentalism.
Hal inilah yang dilakukan oleh AKP dalam membangun perekonomian Turki. AKP menggunakan pendekatan-pendekatan moderen dan tidak melekatkan apapun dalam kegiatan perekonomian mereka ke dalam istitilah-istilah keislaman. Demikian pula dalam memilih sekutu, AKP tidak memilih-memilih dalam bermitra, seperti Iran dengan syiah-nya, atau Rusia bahkan dengan Israel sekalipun.
Ketika sebuah daerah dipimpin oleh kepala daerah yang berasal dari AKP, maka daerah tersebut akan dikelola secara baik dan moderen. Sistem air dipercanggih sehingga rakyat Turki bisa minum dari air kerannya masing-masing seperti di negara Eropa Barat. Infrastruktur dibenahi seperti dilakukannya perbaikan pada jalan-jalan, pipia gas, angkutan umum hingga urusan sampah. Semua dikelola seperti di negara maju. Sehingga terdapat perbedaan signifikan antara kota yang dulu dipegang oleh partai sekuler seperti CHP dengan AKP. Dalam hal ini AKP tidak membawa jargon-jargon keislaman, namun lebih menekankan perbaikan ekonomi. AKP mencoba untuk menanamkan kesan bahwa jika AKP yang memimpin, AKP akan melayani masyarakat disana.
Meski demikian, Turki belum bisa keluar dari Middle Income Trap (MIT) sebab besaran GDP Turki masih dibawah 12.000 dolar AS. Jika merujuk pada bank dunia, untuk bisa disebut negara berpenghasilan tinggi maka GDP negara tersebut harus diatas 12.000 dolar AS. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi, pertama, pendidikan. Peringkat pengetahuan siswa Turki rendah diantara negara-negara OECD. Peringkat universitas di Turki juga rendah dengan menempati urutan ke 351 dari 400 universitas terbaik di dunia. Hanya saja universitas-universitas di Turki memiliki kualitas yang sama dan tidak memiliki perbedaan kualitas antar universitas baik negeri maupun swasta. Kedua, besarnya populasi Turki yang tentu berimplikasi kepada ekonomi. Ketiga, rendahnya ekspor barang berteknologi tinggi ditambah dengan tingginya tingkat impor yang mencapai 43 persen.
Kedua, faktor ideologi. AKP tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam. Baik Erdogan ataupun pendiri partai lainnya, jika ditanya mengenai ideologi partai, mereka akan menyebut AKP bukan sebagai partai Islam. Meski AKP didirikan oleh orang-orang yang berasal dari kelompok keislaman terbesar di Turki yakni mili gorus, namun hal tersebut tidak menjadikan AKP menjadi partai dengan ideologi Islam.
AKP sejak awal berdirinya merupakan partai terbuka. Sehingga tidak heran jika tidak hanya mereka yang berhijab saja yang bisa bergabung dengan AKP, namun mereka yang nasionalis, sekularis hingga atheis juga ikut masuk di dalamnya. AKP memberikan ruang imajinasi bagi setiap orang yang bergabung di dalamnya. Bagi orang yang menginginkan kembalinya hegemoni Turki melalui kegemilangan kekhalifahan Ottoman, AKP memberikan ruang. Demikian bagi kalangan yang menginginkan masuknya Turki sebagai sebuah negara yang berperan besar di dunia, AKP juga memberikan tempatnya.
Seperti kita ketahui bahwa dalam beberapa puluh tahun ini Turki di bawah Attaturk merupakan negara sekuler, meski sebelumnya Turki dibawah Ottoman yang erat dengan nilai-nilai keislaman. Ketika terpilih menjadi presiden untuk pertama kalinya, Ahmet Dovutglu menyatakan bahwa, “The AKP is not a political party formed under some specific political conjunctures. Neither is it a party established to serve a specific group… the AKP is the current expression of a holy march that will endure forever. The AKP is the nation itself; it is the manifestation of the will of the nation.”
Koran asal Turki, Yeni Safak menyatakan bahwa, “Today the state and the nation embraced each other in love. The state tradition that used to dictate its will from above came to an end. The state and the nation are now heading in the same direction.” Erdogan juga mengatakan bahwa “As I have said before, even though the AKP was formed less than 13 years ago, we are the expression of a holy march, a holy cause (kutlu bir dava) originally inaugurated centuries before.” Bagi kalangan barat, narasi-narasi yang dibangun ini merepresentasikan AKP sebagai politik Islam. Namun, sesungguhnya bahasa yang dipakai AKP adalah bahasa universal yang bisa diartikan dari berbagai pandangan. Ini menyebabkan AKP tidak hanya didukung oleh kalangan religius tetapi juga kalangan liberal dan sekuler.
AKP tidak memperlihatkan identitas keislamannya, baik di kantor partai ataupun dalam kampanye-kampanyenya. Jika merujuk pada Carrie Wickham ada tiga bentuk moderasi partai dalam meninggalkan ideologinya. Pertama, abandon atau meninggalkan ideologi lama sama sekali. Kedua, revision yaitu mengubah ideologi atau melakukan interpretasi ulang terhadap ideologinya. Terakhir postpone atau menunda memberlakukan ideologi tersebut untuk masa mendatang. Jika merujuk teori Wickham, yang dilakukan AKP adalah abandon atau meninggalkan ideologi Islam di dalam aktivitas politiknya. Ini tercermin di dalam suasana kantor pusatnya misalnya, tidak tercermin suasana religius. Pengajian politik yang dilakukan di sana bukan untuk mengkaji Quran ataupun hadits, tetapi benar-benar yang dikaji adalah politik. Membahas mengenai komunikasi politik, ideologi liberal, komunisme dan hal-hal lain terkait politik. Pernyataan-pernyataan pendiri partai ini juga menyiratkan hal yang sama soal abandon ini.
AKP berusaha menyatukan ideologi Islam, liberal dan sekuler. Sehingga menjadi pemandangan yang biasa jika kita melihat perempuan berjilbab, tak berjilbab bahkan mengenakan rok mini hingga mereka yang atheis berada di dalam gedung AKP. Berdasarkan data tahun 2009, sebanyak 20 persen kalangan sekuler, 19 persen nasional dan 40 persen liberal memilih AKP. Hanya 15 persen konstituen AKP yang berasal dari Millî Görüş, namun kelompok ini mampu menarik 40 persen pemilih lainnya. Sisa suara AKP berasal dari mantan pemilih MHP dan CHP yang lebih menyukai stabilitas dan tidak memiliki loyalitas terhadap partai tersebut. AKP juga banyak mendapatkan pemilih yang berasal dari kelompok swing voters.
Dalam mendefinisikan ideologinya, AKP mendefinisikan ideologi mereka sebagai tradisional demokrat atau konservatif demokrat. Mereka tidak melekatkan diri mereka sebagai Islamis demokrat, dan merefleksikan diri mereka sebagai seorang demokrat yang memiliki nilai-nilai sendiri. Sebagian orang mendefinisikan nilai-nilai ini sebagai nilai keislaman. Namun ideolog AKP yakni Yasin Aktay mendefinisikan nilai tersebut dengan nilai-nilai ke-Turkian.
Ketika para walikota asal AKP melarang peredaran minuman keras di wilayahnya, mereka tidak mengeluarkan dalil Al Quran sebagai pijakannya. Namun pelarangan ini didasarkan pada buruknya pengaruh yang ditimbulkan dari alkohol. Demikian pula ketika mencabut kebijakan larangan berjilbab di sekolah. AKP menggunakan alasan hak kebebasan untuk mengekspresikan keagamaannya.
Meski demikian, bukan berarti AKP meniadakan pengaruh keislaman. Di masa pemerintahannya, AKP mendirikan kembali sekolah-sekolah keislaman atau setara dengan madrasah jika di Indonesia atau ketika mengembalikan kembali hagia sophia menjadi masjid. Hal ini ditafsirkan sebagai upaya untuk menarik simpati kalangan Islam. AKP sebenarnya mampu mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid di awal-awal kepemimpinannya, namun hal ini tidak dilakukan karena AKP menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkan ‘kartu’ Hagia Sophia untuk menggandeng massa dari kalangan Islamis.
Ketiga, faktor erdogan sebagai figur utama di AKP dan ini bisa dibilang merupakan faktor utama kemenangan AKP di dua dasawarsa ini. Meskipun pendukung AKP berasal dari berbagai kalangan yang memiliki ideologi berbeda, namun mereka dipersatukan karena dukungan mereka terhadap Erdogan. Figuritas dan popularitas Erdogan yang kuat, tidak hanya dalam membangun AKP tetapi juga dalam membawa Turki menjadi negara yang maju dan moderen membuat banyak orang bersimpati kepadanya.
Popularitas Erdogan yang tinggi di kalangan penduduk Turki ini adalah karena keberhasilannya ketika menjabat sebagai walikota Istanbul di tahun 1994. Erdogan mengubah wajah Istanbul yang awalnya sebuah kota metropolitan dengan berbagai masalah kronik menjadi sebuah kota moderen yang maju. Problem kekurangan air bersih diselesaikan dengan pembangunan pipa air baru sepanjang ratusan kilometer. Permasalahan sampah juga diselesaikan dengan pembangunan fasilitas daur ulang mutakhir. Untuk permasalahan polusi udara, Erdogan memiliki rencana untuk beralih ke gas alam. Ia juga menyelesaikan persoalan kemacetan di Istanbul dengan membangun 50 jembatan, jalan raya dan berbagai infrastruktur lainnya. Untuk mencegah korupsi, Erdogan sangat berhati-hati terhadap penggunaan anggaran kota. Erdogan tidak hanya berhasil membayarkan hutang kota Istanbul selama ini yang mencapai 2 miliar dolas AS tetapi juga berhasil menginvestasikan 4 miliar dolar AS di kota tersebut.
Erdogan tidak hanya terkenal karena keberhasilannya membangun Istanbul, namun juga karena kedekatannya dengan rakyat. Ketika menjabat menjadi walikota, Erdogan tidak tinggal di rumah dinasnya, namun ia tinggal di sebuah flat. Setiap hari ia berjalan kaki dari kediamannya menuju balai kota dan menyapa tiap-tiap orang yang ia temui untuk ditanyakan apakah mereka merasakan perbaikan ekonomi.
Keempat, Tipologi AKP sebagai partai dengan struktur Branch. Merujuk pada teori Duverger yang membagi tipolologi partai berdasarkan elemen dasar partainya menjadi empat, yakni: pertama, Caucus dengan struktur organisasi berbasis elit politik. Kedua, Branch atau cabang yakni partai yang berbasiskan massa. Partai jenis ini melakukan rekrutmen dengan cara meningkatkan sumber daya yang dimiliki dan kekuatan tidak berpusat di tingkat elit. Ketiga, Cell yakni jenis partai yang lebih memperhatikan kualitas rekrutmennya dibandingkan kuantitas. Perbedaannya dengan model Caucus adalah pada tipe Cell kekuasaan dikendalikan pusat bukan pengumpulan elit politik lokal. Keempat, Militia yakni partai yang model keanggotaannya mengikuti jenjang dalam militer. Organisasi ini dibentuk dari grup yang sangat kecil namun kemudian diatasnya ada piramida yang membentuk unit-unit yang lebih besar.
Salah satu faktor yang memberikan kemenangan pada AKP adalah berjalannya mesin politik partai untuk mengumpulkan basis massa yang sangat banyak. Secara struktur keorganisasian, AKP membangun sistem Branch atau cabang jika merujuk Duverger. Selain pengurus pusat, AKP memiliki cabang partai yakni Youth atau pemuda dan Women atau Perempuan (lihat lampiran). Dua cabang ini tidak berada dibawah garis komando pimpinan pusat partai, namun justru setara. Sehingga hal ini memaksimalkan upaya rekrutmen yang dilakukan partai.
Pemuda dan perempuan merupakan segmen terbanyak peserta pemilu, sehingga dengan menjadikan bidang kepemudaan dan perempuan menjadi cabang sendiri menjadi lebih optimal. AKP juga membuat struktur yang ‘gemuk’ pada kedua cabang ini, sehingga melibatkan partisipasi masyarakat yang banyak bagi kedua cabang ini. Di tingkat pusat, kepengurusan masing-masing cabang mencapai 50 orang, di tingkat provinsi dan wilayah dibawahnya 30 orang tiap cabang dan sekitar 10 orang di tiap kecamatannya. Sehingga jika kita kalikan jumlahnya sesuai dengan wilayah yang ada di Turki maka melalui kepengurusan cabang Pemuda dan cabang Perempuan jumlah pengurusnya sudah sangat banyak.
Selain itu, AKP juga memiliki tiga lembaga profesional untuk melayani masyarakat. Pertama, hubungan masyarakat (Humas) yang melayani konstituen selama 24 jam penuh. Lembaga ini tersebar di seluruh provinsi yang ada di Turki untuk menampung aspirasi rakyat. Kedua, Pusat Koordinasi Disabilitas atau ÖKS yang ditujukan untuk mengadvokasi regulasi bagi orang-orang disabilitas. Ketiga, Pusat Koordinasi Lansia atay YKM yang merupakan lembaga untuk para lansia yang berusia diatas 65 tahun.
AKP juga membuat masyarakat merasakan kehadirannya hingga lapis-lapis terbawah dan menembus berbagai kalangan seperti yang dilakukan partai Refah terdahulu. Ada beberapa yang dilakukan partai Refah di masa lalu untuk mendapatkan simpati massa hingga ke akar rumput seperti membuka jaringan untuk membantu warga yang kesulitan hingga tingkat RT. Jika di bulan puasa, mereka membuka posko-posko untuk menyediakan makanan berbuka puasa. Di terminal-terminal mereka juga membuka posko-posko pelatihan untuk membantu orang-orang yang bermigrasi dari desa ke kota untuk mendapatkan keahlian tertentu.
Posko bantuan seperti ini juga didirikan di dekat rumah-rumah bordil. Mereka tidak mengadvokasi penutupan rumah bordil, namun memberikan bantuan bagi para PSK yang ingin keluar dari dunianya akan diberikan pelatihan untuk keterampilan – keterampilan di bidang tertentu. Sehingga tidak mengherankan jika mereka juga mendapatkan suara dari sekitar lingkungan rumah bordil. Selain itu Refah juga mampu menarik dukungan dari tarikat terbesar di Turki yakni Tarekat Naqsabandiyah. Refah bukan menjadikan tarekat Naqsabandiyah menjadi bagian dari partai, namun mampu menarik para pengikut tarekatanya terlebih jaringan anak mudanya untuk menjadi bagian darinya. Partai Refah sebagai partai pendahulu AKP, meski lebih Islamis namun seperti AKP tidak menggunakan jargon-jargon keislaman ketika turun ke lapangan.
Kelima, pemilihan anggota legislatif yang mampu mengakar hingga akar rumput. Kandidat yang menjadi calon legislatif untuk mewakili AKP di pemilu dipilih secara selektif. Mereka yang mencalonkan diri harus memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi di daerah pemilihannya (dilakukan survey terlebih dahulu). Kandidat yang dipilih adalah orang-orang memiliki potensi menang dibanding kandidat lainnya. Kedekatan yang kuat antara anggota legislatif dengan konstituennya dibuktikan dari salah satu pernyataan seorang anggota legislatif yang menyatakan bahwa dia mengetahui siapa yang sakit ataupun meninggal di daerah pemilihannya. Kondisi ini menjadikan AKP tidak hanya lekat kepada pemilih ketika menjelang pemilu, namun justru di setiap harinya.
Lampiran:
1. GDP di Turki 2002 – 2020
2. GDP di Turki tahun 2009 – 2020
3. GDP di Turki tahun 1995 – 2006
4. GDP Turki 1970 – 2012
5. Populasi Penduduk Turki
6. Peringkat PISA Siswa di Turki
7. Tabel Ekspor dan Impor Turki
8. Tabel Ekspor Produk Teknologi Tinggi Turki
9. Perolehan Suara AKP 2011 – 2019
Unduh dokumen pada tautan berikut
Views: 266