Penulis: Direktur Hubungan Masyarakat dan Media InMind Institute Ahmad Tombak Al Ayyubi, S.Sos., M.Si.
Direktur Eksekutif Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute Yon Machmudi mengungkapkan strategi yang digunakan Israel dalam mendapatkan pengakuan negara-negara Arab. Dengan pengakuan ini, Israel dapat memastikan negara-negara Arab tidak akan menggugat isu Palestina.
“Pendekatan Israel kemudian akan mendekati satu-satu negara. Yang pertama adalah negara yang berdampak secara keamanan (bagi Israel). Mesir sudah normalisasi, Jordan sudah. Karena dampak konflik itu negara tetangga itu riskan dari segi keamanan (bagi Israel). Mesir menyisakan Semenanjung Sinai yang kemudian menjadi wilayah tidak bertuan dan juga banyak melibatkan agen-agen Israel dalam persoalan dalam negeri Mesir,” ungkap Direktur Eksekutif Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute Yon Machmudi
Yon menjadi salah satu pembicara pada Diskusi Daring Kolaborasi CIR, KPIQP, dan Institut Indonesia berjudul Pergeseran Geopolitik Timteng Pasca Perjanjian Israel-UAE dan Ledakan Lebanon: Respon Kebijakan Luar Negeri RI pada Sabtu (22/8) sore.
Yon mengakui normalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UAE) ini adalah salah kemenangan Israel yang menunjukkan kekuatan Israel kini semakin besar.
“Ketika negara-negara di Teluk melihat Israel ini secara de facto telah berkembang menjadi kekuatan besar di kawasan, secara ekonomi dan keamanan pertahanan menjadi kekuatan besar, tentu pendekatan (mereka) tidak bisa terus-menerus berlawanan (terhadap Israel),” ungkap Yon yang juga menjabat sebagai Kepala Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PSKTTI UI).
Yon lebih lanjut menjelaskan normalisasi antara negara-negaea Arab dengan Israel kini mungkin ada karena dukungan oleh Amerika Serikat (AS)
“Tidak bisa dipungkiri juga kehadiran Amerika membawa pesan, membawa misi, tidak sekadar mengamankan jalur distribusi minyak dan memastikan negara-negara yang memproduksi itu rezim yang friendly terhadap Amerika tetapi juga membawa misi untuk kepentingan Israel yang dalam beberapa kasus kita bisa lihat Amerika ketika voting di Dewan Keamanan PBB selalu memberikan hak vetonya ketika itu menyangkut masalah sanksi terhadap Israel,,” ungkap Yon.
Yon lebih lanjut menjelaskan dukungan Amerika terhadap Israel ini menjadi landasan bagi negara-negara Arab menerima Israel.
“Ini background yang sangat penting, jadi ketika bersahabat dengan Amerika maka otomatis juga harus bersahabat dengan Israel, jadi tidak bisa hanya mengambil Amerika saja, tidak mengambil Israel,” papar Yon.
Walaupun Israel sudah mendapatkan satu titik kemenangan diplomasi, Yon melihat Indonesia dapat berbuat lebih di banding negara-negara Arab lain.
“Yang akan menjadi catatan sejarah adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu mendamaikan faksi-faksi yang terlibat konflik di Palestina karena ini sangat penting dalam masa depan Palestina. Ketika Mesir dan negara-negara Arab tidak dipercaya lagi, kemudian hubungan Indonesia yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dan geopolitik bisa masuk pada faksi Hamas maupun PLO akan menjadi pengantar dalam stabilitas Palestina dan akan memperkuat posisi Palestina ke depan,” ungkap Yon Machmudi.
Selain Yon Machmudi, turut hadir pada seminar ini Duta Besar Indonesia untuk Yordania dan Palestina, Andi Rachmianto; Anggota Komisi I DPR, Sukamta; dan Sekretaris Eksekutif Institut Indonesia Lili Nur Aulia. Rekaman diskusi ini dapat disaksikan pada link https://youtu.be/T_tcMQHnVXM.
sumber gambar: https://www.latimes.com/opinion/op-ed/la-oe-miller-netanyahu-trump-israel-elections-20190610-story.html?_amp=true
Views: 88