5 Nahdliyin Bertemu Presiden Israel, InMind Institute: Awas Strategi Israel Klaim Keberpihakan!

5 Nahdliyin Bertemu Presiden Israel Isaac Herzog

Pertemuan lima aktivis interfaith dialogue on Abrahamic religions dengan Presiden Israel Isaac Herzog menyita perhatian publik. Tidak hanya pada Nahdlatul Ulama sebagai basis identitas yang melekat dengan kelima tokoh muda tersebut melainkan juga seluruh umat Islam dan masyarakat Indonesia secara umum. Berita kunjungan yang diklaim dalam rangka mencari hasil terbaik atas konflik Israel-Hamas dan hubungan Indonesia-Israel ini mulanya dibagikan langsung melalui media sosial Zainul Maarif, salah seorang yang termasuk dalam rombongan.

Peneliti Bidang Abrahamic Religion yang juga Direktur Hubungan Masyarakat dan Media InMind Institute, Meilia Irawan, menekankan pentingnya kembali pada nilai-nilai prinsip dalam melihat isu ini. Sikap politik luar negeri Indonesia telah tegas menyatakan penjajahan Israel atas Palestina telah sampai pada tingkatan kejahatan genosida. Hal ini merujuk pada fakta pembunuhan besar-besaran dan terencana serta terstruktur yang berakibat pada banyaknya korban sipil yang berjatuhan.

Kejahatan perang ini dikatakan pula sebagai ethnic cleansing atau upaya penghapusan etnik tertentu yang dilakukan oleh Israel dalam membangun mimpi besar sesuai doktrin Exodus. Dalam konteks politik, hal ini merupakan isu kemanusiaan yang krusial dan tidak bisa lagi disampaikan melalui soft approach seperti pendekatan diplomatis melainkan harus menggunakan langkah tegas sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh pemerintahan Indonesia dan International Criminal Court selama ini.

Di lain sisi, kunjungan perdamaian atau juga melakukan engagement dalam bentuk kerjasama apapun, yang dibawa oleh kelima aktivis muda NU tersebut sebaiknya tidak ada dan tidak diperlukan. Pada konteks ini, InMind Institute melihat bahwa misi mencederai bangsa, negara, dan mayoritas umat Islam di Indonesia yang menjunjung penghormatan hak serta martabat perjuangan rakyat Palestina.

Melalui label “Dialog antar Pemeluk Agama Ibrahim” dalam pertemuan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, InMind Institute menilai bahwa kunjungan itu merupakan bagian “trap of black campaign” dan strategi dalam pengambilalihan atensi melalui kunjungan personal dengan identitas lembaga tidak resmi. InMind Institute memandang pertemuan ini adalah bagian dari intrik politik yang dilakukan rezim Israel untuk melakukan klaim keberpihakan secara fiktif. “Israel dalam hal ini memanfaatkan perwakilan tokoh muda tersebut untuk medapatkan dukungan dari wajah Nahdatul Ulama sebagai organisasi besar Islam di Indonesia, meski hanya dengan lawatan yang merepresentasikan suara tertentu,” jelas Meilia.

Kendati pertemuan serupa bukanlah yang pertama kali terjadi, kejahatan perang yang bergejolak dan eskalasi tinggi seperti hari ini semakin menegaskan bahwa apa yang dilakukan kelima tokoh tersebut adalah tidak berperikemanusiaan. Oleh karena itu, InMind Institute mengajak kepada tokoh-tokoh cendekiawan muda Indonesia untuk memahami konteks geopolitik kawasan dan global. Pemahaman secara bijak mengenai esensi dan tujuan dari program interfaith dialogue juga menjadi krusial dan fundamental.

Atas dasar itu, InMind Institute berharap kejadian ini menjadi sebuah pelajaran penting yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh siapapun. “Pentingnya marwah Indonesia sebagai bangsa yang berkomitmen menghapuskan penjajahan di atas dunia bisa dijaga dan tidak dengan mudah diperjualbelikan melalui sebuah program kunjungan,” tutup Meilia.

Views: 101