Trump Gamang Dukung Aneksasi Israel karena Isu Rasisme

Direktur Eksekutif InMind Institute Yon Machmudi, Ph.D. diwawancarai oleh Medcom.id terkait keengganan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mendukung aneksasi Israel ke Tepi Barat di Palestina. Wawancara ini dimuat pada 29 Juni 2020 dalam link https://www.medcom.id/internasional/timur-tengah-afrika/8N006mdN-trump-gamang-dukung-aneksasi-israel-karena-isu-rasisme. Hak cipta milik Medcom.id.

Isu rasisme menjadi salah satu yang terpanas di Amerika Serikat saat ini, terlebih setelah kematian George Floyd. Isu ini juga dinilai sebagai salah satu faktor yang membuat Presiden Donald Trump gamang mendukung rencana aneksasi Israel ke Tepi Barat, Palestina.

Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan awalnya memang Trump menunjukkan dukungan tanpa tedeng aling-aling kepada Israel, terutama saat mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Negeri Zionis tersebut. Namun, kata Yon, saat ini Trump sepertinya mulai berpikir dua kali untuk menegaskan dukungannya.

Pasalnya, dukungan internasional yang menentang rencana aneksasi Israel semakin kuat. Selain itu, dinamika di dalam negeri AS juga berpengaruh, termasuk masalah rasisme.

“AS sedang didera isu rasisme, sementara Israel sering dianggap sebagai negara pelaku rasisme dan negara yang dibangun di atas rasisme. Sentimen itu bisa semakin kuat di AS,” tutur Yon kepada Medcom.id, Senin 29 Juni 2020.

Yon menambahkan, jika Trump mendukung realisasi rencana Israel tersebut, dikhawatirkan akan menggagalkan upaya Negeri Paman Sam menawarkan solusi damai Palestina. Menurut Yon, hal tersebut yang ditakutkan oleh Parlemen AS.

Tak hanya itu, kekhawatiran lainnya adalah tekanan agar AS tidak lagi ikut campur atas masalah di Timur Tengah juga semakin kuat. Bahkan, yang terburuk, Washington bisa ditinggalkan negara-negara sekutunya di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi.

“Ada kemungkinan mereka (negara sekutu AS) akan mengubah posisinya jika AS memaksakan kehendak mendukung Israel,” terangnya.

“Gelombang anti-AS dan tekanan meminta AS segera keluar dari Timur Tengah semakin meluas dan ini tidak baik bagi keberlangsungan AS di Timur Tengah,” sambung Yon.

Menurut Yon, itu lah letak kegamangan Trump. Pasalnya, sebagian sekutunya sudah meninggalkan AS setelah mereka melakukan voting menentang klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Sumber gambar: https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:President_Trump_Meets_with_Israeli_Prime_Minister_Benjamin_Netanyahu_(49452466471).jpg

Visits: 50