Dinamika Hubungan antar Kelompok Kurdi dalam Pendekatan Konstruktivisme

Direktur Eksekutif InMind Institute Yon Machmudi, Ph.D. bersama peneliti InMind Institute Muchammad Chasif Ascha, S.Sos., M.Si. menulis artikel tentang hubungan antar kelompok Kurdi. Artikel ini dipublikasi oleh Universitas Indonesia (UI) dalam Jurnal Middle East and Islamic Studies pada 2019 dan dapat diakses pada http://meis.ui.ac.id/index.php/meis/article/download/96/81

Hubungan antar kelompok Kurdi dalam Hubungan Internasional mempunyai karakteristik yang menarik karena biasanya non-state actor dalam kajian HI lebih kepada NGO, kelompok transnasional dan teror yang tidak bisa disamakan dengan negara. Sedangkan dalam konteks ini, kelompok Kurdi membentuk suatu entitas yang mirip dengan suatu pemerintahan dan bentuk pengejawantahan dari Post-Westphalian state atau biasa juga disebut sebagai pseudo state. Entitas ini menemukan perhatian internasionalnya khususnya dalam wilayah Timur Tengah yang sedang bergejolak. Maka penelitian ini mengungkapkan bagaimana Konstruktivisme dapat menjelaskan atau setidaknya memahami interaksi antar non-state actor dalam kajian Hubungan Internasional.

Kelompok Kurdi, yang diwakili utamanya oleh KRG dan PKK dari dulu telah mengalami hubungan permusuhan. Ini disebabkan perbedaan ideologi serta adanya kepentingan negara lain untuk semakin memperkeruh permusuhan ini. KRG digunakan Turki untuk menghadapi PKK. Hubungan antara dua kelompok tersebut juga berkembang ke wilayah lain terutama di Rojava dengan masing-masing mempunyai kelompok afiliasi yang saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Namun hubungan antar keduanya sedikit demi sedikit terlihat berubah dari permusuhan yang mencoba menganeliasi satu sama lain menjadi ‘hanya’ sebuah rivalitas sejak awal 2000-an, di mana peperangan dengan melibatkan kontak senjata secara langsung antara KRG dan PKK mulai dihindari.

Melalui kacamata Konstruktivisme, hubungan itu bisa dilihat dengan melihat agen atau aktor saling berinteraksi dan melalui proses ‘sosialisasi’ terus menerus, sehingga dapat mengubah struktur yang ada dan dari struktur tersebut juga bisa menentukan tindakan aktor. PKK semenjak perubahan ideologinya dan KRG semenjak mempunyai pengakuan konstitusional telah saling menyesuaikan hingga menciptakan struktur yang sesuai dengan konteks kondisi yang ada. Sistem hubungan tersebut berubah dari Hobbesian menjadi Lockean. Adanya ISIS sempat menjadikan hubungan tersebut menjadi Kantian dengan adanya kerja sama. Identitas Kurdi juga mempunyai peran penting bagi pembentukan tindakan. Lewat speech act para tokoh aktor, ide-ide, norma, identitas, akan bisa terlihat dan interaksi yang terus berlanjut antara keduanya akan menentukan bagaimana hubungan dua kelompok tersebut ke depannya.

sumber gambar: https://foreignpolicy.com/2019/02/07/kurdish-commander-laments-american-betrayal-urges-us-to-be-loyal/

Views: 106