Direktur Eksekutif InMind Institute Yon Machmudi, Ph.D. bersama Fida Amatullah menulis artikel tentang konflik antara peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab dan Indo Arabische Verbound (IAV) dan Persatuan Arab Indonesia (PAI). Artikel ini dipublikasi oleh Universitas Indonesia (UI) dalam Jurnal Middle East and Islamic Studies pada 2018 dan dapat diakses pada http://meis.ui.ac.id/index.php/meis/article/viewFile/70/56
Konflik masyarakat yang tercatat
dalam koran terbitan Hadrami terjadi antara peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab dan Indo Arabische Verbound (IAV) dan Persatuan Arab Indonesia (PAI). Konflik terjadi dalam bidang sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Konflik sosial yang terjadi yaitu perbedaan pola pikir dan fanatisme antara peranakan Indo-Arab dan imigran Arab. Konflik politik yaitu benturan kepentingan antara peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab dan PAI dan IAV. Konflik budaya yang terjadi adalah benturan identitas Indonesia sebagai tanah air atau Arab sebagai tanah leluhur. Konflik ekonomi yaitu tuduhan bahwa masyarakat
Hadrami mengumpulkan harta di Indonesia
demi kepentingan golongan.
Perbedaan budaya, latar belakang, dan kepentingan merupakan faktor terjadinya konflik di masyarakat Hadrami. Imigran Arab masih terpaku dengan kebudayaan Hadramaut sedangkan peranakan Indo-Arab sudah membaur dalam budaya dan bahasa Indonesia dan daerah. Konflik sosial, budaya, dan politik semakin menguat setelah Konferensi Peranakan Indo-Arab 1934 di Semarang. IAV menolak keputusan Konferensi Peranakan Indo-Arab 1934, mempertanyakan dasar PAI, dan menolak pernyataan ketidakpuasan terhadap IAV melalui artikel-artikel yang menyerang PAI dalam koran Al Jaum. Hal tersebut menjadi faktor konflik antara IAV dan PAI.
sumber gambar: https://historia.id/amp/politik/articles/guru-menulis-ar-baswedan-vxGX5
Views: 75