Peneliti InMind Institut Zainal C. Airlangga, S.Hum., M.I.P. yang juga seorang anak petani bawang di Brebes menuliskan bagaimana agribisnis di pedesaan dapat secara efektif mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2020 jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 26,42 juta jiwa, meningkat 1,63 juta jiwa jika dibandingkan September 2019. Dari jumlah tersebut sebanyak 49,41 persen di antaranya menggantungkan hidupnya dari sekor pertanian. Umumnya mereka merupakan petani miskin di pedesaan. Kemiskinan di perdesaan memang menjadi masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Di sisi lain peneliti dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa tidak ada negara yang mampu keluar dari garis kemiskinan tanpa dukungan sektor pertanian yang produktif. Artinya pertanian merupakan sektor ekonomi yang perlu diperhatikan, tidak hanya sebagai pilar ekonomi nasional tetapi juga sebagai misi menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian, khususnya di pedesaan harus mengadopsi metode yang modern, efektif, dan berkelanjutan agar secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada peningkatan taraf hidup petani.
Ada beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi petani yang perlu segera diatasi, di antaramya akses kepada sumber permodalan, pasar, teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan program jangka panjang yang fokus pada pembangunan pertanian pedesaan dan penanggulangan kemiskinan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis.
Agribisnis dan Potensi Ekonomi Pedesaan
Pertanian dan pedesaan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan pedesaan di Indonesia. Terdapat banyak potensi pertanian di pedesaan yang perlu dikembangkan dalam usaha agribisnis, seperti padi, singkong, jagung, kedelai, serta umbi-umbian. Begitu juga potensi hasil perkebunan dan hortikultura seperti coklat, kopi, karet, teh, mangga, durian, nanas, dan tanaman sayur. Selain itu, banyak hasil pertanian yang kemudian disulap menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Sebut saja pemanfaatan pelepah pisang yang dibuat menjadi berbagai kerajinan tangan, biji jarak diolah menjadi biodiesel, dan banyak lagi.
Potensi tersebut selama ini masih belum digarap dengan baik sehingga nilai tambah yang diperoleh masih kecil dan belum menguntungkan kaum tani. Nilai tambah komoditas tersebut dapat ditingkatkan melalui industrialisasi di pedesaan dengan memanfaatkan teknologi dan kekuatan potensi alam serta SDM pedesaan. Peningkatan nilai tambah ini dapat diimplementasikan melalui industrialisasi berbasiskan pertanian (agroindustri), sebab sektor pertanian merupakan penopang utama ekonomi pedesaan.
Usaha Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan
Dalam konteks penanggulangan kemiskinan, utamanya di masa pandemi COVID-19 yang salah satunya berdampak pada kelesuan ekonomi dan pengangguran, pengembangan usaha agribisnis di pedesaan menjadi sangat relevan dan turut meringankan beban pemerintah. Optimaliasi agribisnis ini nantinya ditujukan untuk: Pertama, meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di perdesaan; kedua, menahan laju urbanisasi khsusunya masyarakat desa yang terdesak dan tidak memiliki kegiatan usaha di kampung halaman; ketiga, meningkatkan hasil pertanian yang berkontribusi pada peningkatan produksi pangan sehingga membantu stabilisasi harga pangan; dan keempat, mengurangi gejolak sosial di perdesaan karena masyarakat lebih mampu dan sejahtera.
Untuk itu, pengembangan usaha agribisnis di pedesaan ini sangat penting dan perlu digalakkan mengingat pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan pedesaan di Indonesia. Hal ini juga berarti jika pertaniannya tidak berkembang, masyarakat desa akan mengalami ketiadaan pendapatan yang berdampak pada kemiskinan. Integrasi antara konsep agribisnis dan pembangunan desa menjadi penting dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi, penyediaan dana dan investasi, teknologi, serta dukungan sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif.
Secara umum, sumbangsih pengembangan agribisnis dalam menanggulangi kemiskinan dan memacu ekonomi di pedesaan tercermin pada hal-hal berikut: Pertama, perkembangan sektor agribisnis menghasilkan beberapa pekerja yang produktif, meningkatkan pendapatan pedesaan, dan meningkatkan kesejahteraan umum dari populasi pedesaan.
Kedua, pembangunan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling efektif dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Hasil analisis berdasarkan realitas empiris menunjukkan bahwa sektor agribisnis yang paling konsisten berpengaruh nyata terhadap jumlah penduduk miskin, baik di perkotaan maupun di pedesaan, ialah harga bahan makanan secara umum dan harga beras secara khusus. Hal ini wajar karena kebutuhan konsumsi pokok manusia (garis kemiskinan) didominasi oleh pengeluaran untuk bahan makanan, khususnya beras. Dengan demikian, apabila pembangunan pertanian berhasil meningkatkan produksi pangan maka harga pangan (khususnya beras) akan menurun, yang berarti garis kemiskinan akan menurun nyata, sehingga jumlah penduduk miskin akan menurun meskipun tingkat pendapatan tetap.
Ketiga, sektor agribisnis memiliki andil dalam membangunan ketahanan pangan yang berbasis keragaman bahan pangan, budaya, dan kelembagaan lokal. Dalam kaitan ini Indonesia pernah berswasembada beras pada tahun 1984 dan telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan tahun 1980-an. Keberhasilan ini telah membuat Direktur Jenderal FAO Edouard Saouma mengundang Presiden Soeharto untuk berbicara pada forum dunia pada tanggal 14 November 1985. Hal ini menunjukkan masyarakat dapat mengatasi sendiri masalah kemiskinanmya dengan hasil pertanian yang diperoleh melalui usaha agribisnis.
Keempat, sektor Agribisnis berkontribusi dalam penyediaan tanaman komoditas untuk bioenergi, misalnya biodiesel yang diproyeksikan akan mengganti bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor. Di samping itu apabila padi, jagung, kelapa sawit, dan produk derivatnya dapat dikembangkan, dalam 3 hingga 5 tahun sektor pertanian dapat mensubsitusi bahan bakar minyak, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi subsidi bahan bakar minyak secara signifikan. Pertanian bagi ekonomi pedesaan berperan mengurangi laju arus urbanisasi dan menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih kondusif bagi investasi yang lebih besar dalam pembangunan infrastruktur di pedesaan, seperti kesehatan dan pendidikan.
Dengan melihat desa sebagai wadah kegiatan ekonomi, kita harus mengubah pandangan inferior atas wilayah ini, dan mengubahnya dengan memandang desa sebagai basis potensial kegiatan ekonomi melalui investasi prasarana dan sarana yang menunjang keperluan pertanian, serta mengarahkannya secara lebih terpadu. Sudah saatnya desa tidak lagi dipandang hanya sebagai wilayah pendukung kehidupan perkotaan namun seharusnya pembangunan wilayah kota dan pedesaan menyatu. Diharapkan pengembangan usaha mikro, khususnya agribisnis di pedesaan, dijadikan solusi yang nyata terhadap masalah-masalah kemiskinan.
Sumber gambar: http://sulteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/833-panen-raya-padi-sawah-di-desa-ogoamas-i-bupati-donggala-apresiasi-petani-dalam-penerapan-inovasi-teknologi
Views: 99