Peran Diplomasi Masjid Indonesia di Dunia Internasional

Foto: Penulis, Yon Machmudi, Ph.D. (kedua dari kanan) bersama sejumlah pengurus masjid Indonesia di Toronto, Kanada

Penulis: Yon Machmudi, Ph.D. (Direktur Eksekutif InMind Institute)

Tulisan telah diterbitkan di Antara pada 17 Oktober 2022 dan dapat diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/3184109/peran-diplomasi-masjid-indonesia-di-dunia-internasional

Indonesia memiliki potensi kekuatan ekonomi dan kultural yang sangat besar. Thee (2012) dalam bukunya berjudul Indonesia’s Economy since Independence menyebutkan bahwa jika Indonesia dapat menjaga pertumbuhan ekononominya secara baik maka tidak mustahil kalau nantinya dapat bergabung dengan kelompok BRICS (Brazil, Rusia, India dan Cina). Istilah BRIC sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Jim O’neil tahun 2001.

Pada tahun 2030 diprediksi kekuatan ekonomi dunia akan bergeser pada kelompok BIIC (Brazil, India, Indonesia dan Cina). Kekuatan baru ini diperkirakan dapat menggeser posisi negara-negara kelompok G-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Italia dan Kanada).

Saya kira peran budaya tidak kalah penting dalam memperkuat posisi Indonesia di masa depan. Dalam hal ini kedudukan Indonesia sebagai negara demokratis muslim terbesar di dunia akan semakin memperkokoh perannya di dunia Islam. Potensi besar ini tentunya perlu lebih sering ditampilkan.  

Posisi Indonesia sebagai representasi dunia Islam yang membawa pesan Islam Rahmatan Alamin semakin urgen untuk dirumuskan strategi pencapaiannya. Indonesia diharapkan mampu membawa peradaban Islam yang dapat bekerjasama dengan peradaban-peradaban besar  di dunia. Tentunya bukan slogan saja!

Bagaimana misi itu bisa dijalankan oleh Indonesia? Hal ini dapat dilakukan apabila Indonesa mulai tampil dalam wacana keislaman dunia.  Keberadaan masjid dan komunitas Indonesia di negara-negara Barat tentu sangat penting dalam mengemban misi ini. Mereka adalah para duta Indonesia yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat di negara-negara minoritas Muslim yang bertugas memperkenalkan keistimewaan Muslim Indonesia yang ramah dan bersahabat. Kehadiran mereka dapat menopang diplomasi publik guna memperkuat citra Indonesia sebagai representasi dunia Islam.

Di Kanada ada Istiqlal Islamic Centre of Toronto (IICT) dan Masyarakat Islam Indonesia di Toronto (MIIT) yang berlokasi di Toronto, Kanada. Di Amerika Serikat berbagai komunitas Muslim Indonesia juga sangat aktif. Beberapa masjid yang berlabelkan Indonesia juga mulai berdiri antara lain IMAAM Center di Maryland, Masjid Alhikmah di New York, Masjid Alfalah di Philadelpia, Masjid Istiqlal di Houston dan Masjid At-Thohir di Los Angeles. Sebuah pesantren Indonesia bernama Nur Inka Nusantara yang didirikan oleh Imam Shamsi Ali juga telah berdiri di AS, tepatnya di Connecticut.

Baik komunitas maupun masjid Indonesia, semuanya memerankan fungsi penting dalam memperkenalkan Islam serta budaya masyarakatnya. Mereka mendapatkan sambutan positif dari masyarakat lokal di negara-negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam itu. Tidak hanya di Kanada dan AS,  di Jepang juga berdiri Masjid Indonesia Tokyo. Di sinilah kemudian diplomasi masjid menjadi penting untuk diperkuat. Model diplomasi seperti ini juga sudah dilakukan oleh negara-negara lain seperti Turki, Iran dan Saudi Arabia.

Tentu tidaklah mudah menjalankannya tetapi apabila dapat disenergiskan antara peran komunitas dan pemerintah serta sektor lain maka diplomasi masjid ini akan berdampak secara tidak langsung dalam bidang ekonomi dan politik.

Kunjungan saya ke berbagai komunitas Indonesia di Kanada dan AS (08-27 Oktober 2022) dapat dijadikan dasar dalam penyusunan strategi diplomasi publik ini. Saya sengaja melakukan perjalanan panjang menelusuri kota-kota di Kanada dan AS yaitu Vancouver, Toronto, Montreal, Boston, New York, Washington DC dan Maryland. Saya banyak berdiskusi dengan masyarakat Muslim Indonesia, Konjen Vancouver dan Toronto serta ahli-ahli tentang Indonesia, Islam dan Timur Tengah.

Bagaimana peran masjid-masjid Indonesia itu bisa dioptimalkan? Secara khusus masjid-masjid itu telah memiliki label Indonesa dan secara tidak langsung menjadi semacam etalase dalam memperkenalkan Islam dan budaya Indonesia.

Salah satu hal yang penting tentunya adanya imam yang kompeten di masjid-masjid Indonesia. Pemerintah dalam hal ini dapat memfasilitasi kebutuhan masjid-masjid itu sesuai kondisi setempat. Tokoh maupun imam masjid hendaknya dipersiapkan dalam menjalankan peran diplomasi publik negara Indonesia.

Para imam itu haruslah seorang ahli agama yang telah mendapatkan pendidikan agama ala pesantren klassik tetapi dapat berkomunikasi menggunakan bahasa setempat secara baik. Memang tidak mudah secara cepat mencari calon-calon seperti ini.

Alternatif lain adalah mendukung anak-anak Indonesia yang lahir di luar negeri dan memiliki kecenderungan untuk mendalami ilmu agama di Indonesia. Mereka dapat belajar di pesantren-pesantren di Indonesia yang kuat penguasaan kitab-kitab klassiknya dengan beasiswa dari Pemerintah Indonesia. Keuntungannya adalah mereka menguasai bahasa asing dan budaya negara setempat.

Tentu, tugas imam Indonesia itu tidak hanya secara internal membina jamaah Indonesia tetapi juga komunitas dari negara-negara lain.  Yang utama adalah praktik Islam Indonesia itu dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. Salah tokoh Indonesia yang dapat memerankan fungsi ini adalah Imam Shamsi Ali.  

Jika kebutuhan akan imam-imam yang dapat merepresentasikan wajah Indonesia dapat difasilitasi oleh pemerintah bersinergi dengan komunitas setempat maka diplomasi masjid ini akan selangkah lebih maju. Masjid Indonesia di luar negeri akan menjadi etalase penting dalam mempromosikan produk-produk budaya Indonesia mulai dari pemikiran, praktik keagamaan, kesenian hingga kulinernya. Islamophobia yang berkembang di negara-negara Barat juga akan tereduksi dengan sendiri.

Yon Machmudi adalah Kaprodi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam SKSG UI dan Dosen Prodi Arab FIB UI serta Direktur Eksekutif Inisiatif Moderasi Indonesia)

Views: 107