Lesson Learned from Turkey: Perspektif Sosial Politik, Budaya, dan Global – Executive Summary

Sumber Foto: Turkish Airlines

Turki secara transformasi memiliki kekhasan yang dikenal dengan Turkish Exceptionalism. Turki mengalami pengecualian sejak dipimpin era AKP, Adalet ve Kalkınma Partisi. Misalnya, pola ekonominya itu tidak terkait langsung dengan ideological approachment tetapi lebih dekat istilahnya neo-liberal populism. Pemimpin Turki, Erdogan, secara ekonomi menunjukkan pendekatan neoliberal, tetapi dari sisi ideologi atau bahasa public rhetorism dia populis. Prof. Vedi R. Hadiz menulis sebuah buku berjudul Islamic Populism di Indonesia, Mesir dan Turki mengungkap tema populisme ini. Ihsan Yilmaz juga menulis bahwa Turki sebenarnya tidak menerapkan Islamism, seperti yang dipersepsi atau dimengerti secara umum tetapi mempraktekan apa yang disebut dengan muslim secularism, orang-orang Muslim yang berpolitik di rana sekuler.

Secara empirik Muslim secularism ataupun neoliberal populism terjadi karena proses transformasi gerakan politik di Turki.  Ada dua haluan politik di Turki yaitu assertive secularism (radikal) dan dengan passive secularism (moderat). Model sekularisme yang asertif itu dijalankan oleh kelompok Kemalis sedangkan Recep Tayyip Erdogan sendiri mengikuti model sekularisme Turki yang diarahkan pada pendekatan passive secularism. Oleh karena itu Turki di bawah Erdogan dengan mengeluarkan kebijakan yang friendly terhadap ekonomi dan realitas sosial budaya Islam. Hak-hak umat Islam berkaitan dengan pemakaian hijab misalnya didorong melalui pendekatan hak azasi manusia di mana setiap warga negara di Turki tidak boleh mendapatkan diskriminasi termasuk dalam menjalankan agamanya.

Mengapa passive secularism? Mereka sebenarnya secara praktek pribadi, secara private sphere, tidak mempraktekkan kesalehan apa yang dimengerti oleh kelompok Islamis sebagai kesalehan agama yang kaku. Aktualisasi keagamaan itu ditopang oleh kesadaran individu dan adanya kebebasan hak-hak warga negara yang dijamin oleh negara. Misalnya, secara atribusi Turgut Özal dan Suleyman Demirel yang menjadi tokoh sentral dalam transformasi ekonomi Islam di Turki itu istrinya tidak berhijab. Mereka berjasa dalam membangun kelas ekonomi Islam yang kuat dengan menekankan pada model pembangunan termasuk industrialisasi. Karenanya, AKP tetap menghormati sosok Kemal Attaturk sebagai Bapak Turki. Mustafa Kemal dipandang sebagai Ghazi, Pembebas Turki dari kehancuran dan berhasil membangkitkan kembali Turki dari pesakitan, the sick man in the Europe.

Apa yang dilakukan Turki di bawah kepemimpinan Erdogan ini dalam sisi ekonomi adalah invest heavily in infrastructure karena investasi ini memberikan signaling effect kepada para investors. Namun pendekatan ekonomi saa ternyata tidaklah cukup, perlu adanya kebijakan yang lebih moderat dan inklusif. Karena selama ini Turki stigma Islamise masih sangat kuat terutama di saat kepemimpinan Erbakan maka guna menghilangkan kecurigaan militer sebagai garda sekularisme, Erdogan mulai meninggalkan (abondan) ide-ide Islamisme. Kebijakan ini telah menyelematkan Turki dari perdebatan ideologi dan menghilangkan adanya ancaman berkaitan dengan the rise of Islamism (bangkitnya kelompok Islamis). Kebijakan Erdogan menjadi semakin market friendly dapat menarik para investor dan pada saat yang sama menangkap wacana populisme baik yang disuarakan oleh kelompok umat maupun kelompok sekuler. Pendekatan politik yang secara tegas menolak dan meninggalkan Islamic hidden agenda ini yang kemudian disebut sebagai model Post Islamisme, tidak menampilkan simbol-simbol Islam dalam berpolitik guna menghilangkan tantangan-tantangan ideology (ideological barrier). Erdogan dengan AKP-nya tidak segan-segan menunjukkan dukungan terhadap ideologi sekularisme Turki yang dalam prakteknya yang lebih bersifat pasif (moderat).

Secara umum pendekatan Turki di bawah Erdogan tetap mendapatkan simpati luas di masyarakat di tengah-tengah tuduhan membangkitkan kembali semangat Ottomanisme (New Ottoman) dengan memanfaatkan momentum dengan tampilan yang moderat, populis dan beroreintasi pada pembangunan (developmentalism). Bahkan ketika ada upaya untuk membubarkan AKP oleh militer karena dituduh mengancam ideologi sekularisme, AKP justru mendapatkan pembelaan secara luas dari kelompok intelektual sekuler. Karakteristik Turki nampaknya sangat diperhatikan oleh Erdogan yaitu:  

Orang-orang Turki itu tidak terlalu relijius. Jadi pilihan kepada AKP itu, bukan karena kedekatan ideologinya tetapi sangat rasional. Dan rationality itu comes with economic development”

 Hakan Yavuz dalam bukunya “”Nostalgia for the Empire, The Politics of Neo-Ottomanism” menjelaskan perkembangan politik di Turki terutama berkaitan dengan AKP. Dia melihat bahwa sebenarnya banyak ruang-ruang imajinasi yang ditawarkan oleh Erdogan. Erdogan menawarkan ruang-ruang imajinasi kepada siapa saja. Ini menunjukkan pendekatan politik populism yang inklusif. Artinya semua imajinasi itu ditangkap oleh Erdogan baik itu imaginasi Turki Utsmani, menjadi Turki super power di Eropa, pengayom orang-orang miskin, kekuatan civil society termasuk imaginasi kelompok kelas menengah atas yang muslim maupun sekuler.  Kebijakan populis yang memberi ruang imajinasi kepada semua kalangan seperti itu menjadikan populisme AKP tidak selalu identik dengan Ottomanism (Islamisme).

Walaupun di permukaan AKP menunjukkan wajah yang sekuler tetapi sesungguhnya wajah politiknya tidak dapat dilepaskan dari dinamika kebangkitan Islam di Turki. Kesadaran Islami dari dalam meliputi semua aspek kehidupan itu banyak didorong oleh gerakan Sufi yang bernama Naksibendi (Naqsyabandiyah).  Naksibendi membangun kesadaran pergerakan ke arah Islamisasi hingga kesadaran berpolitik, dari gerakan yang menarik diri dari hingar bingar politik karena represi kaum Kemalis hingga sampai keluar menjadi gerakan yang inklusif. Mulai Adnan Menderes sampai kemudian ke Turgut Ozal, Suleyman Demirel, Necmettin Erbakan dan Erdogan itu semuanya berbasis pergerakan atau keluarganya atau teman dekatnya itu berbasiskan tarekat Neksibendi dengan variasi-variasinya. Kesadaran Islami ini kemudian mengalami transformasi sebagai kekuatan politik integratif yang dapat mewadahi berbagai kepentingan dan kelompok besar di Turki bahkan bagi mereka yang sekuler. AKP ditopang oleh gerakan besar dan berpengaruh di masa lalu, Naksibendi, yang telah bertransfromasi menjadi kekuatan civil society dengan jejaring yang kuat.

Dalam politik luar negeri Turki kembali memerankan posisinya dalam memperkuat pengaruhnya di kawasan. Turki ini secara geopolitik dan geostrategic sangat penting  karena merupakan jembatan Eropa dan Asia. Turki sebagai persimpangan lalu lintas ekonomi, perdagangan, energi, jalur pipa minyak, menjadikannya sangat strategis. Termasuk China Belt Road Initisiatif yang digagas oleh Tiongkok juga melewati Turki. Faktor penting posisi geografis Turki yang lain adalah selat-selat yang ada di Turki yang menghubungkan antara Laut Mediterania dengan Laut Hitam ini semuanya ada di bawah kontrol Turki. Rivalitas antara negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat dengan Rusia dalam hal ini menjadikan keberadaan Turki menjadi sangat diperhitungkan.  Saat ini politik luar negeri Turki menjadi sifatnya lebih proaktif, cenderung menggunakan multi directional dengan pendekatan shoft power dan kadang diikuti oleh hardpower. Semua itu digunakan oleh Turki guna memperkuat posisinya di dunia internasional.

Kawasan Timur Tengah sendiri merupakan komponen penting dalam politik luar negeri Turki. Turki memiliki kepentingan terhadap stabilitas, keamanan, dan keberlangsungan di kawasan. Bentuk dukungan solidaritas dan kontribusi dalam menjawab tantangan sosial, ekonomi, dan keamanan serta politik ini membutuhkan konstruksi kerja sama, koordinasi, dan dialog antara Turki dan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Artinya, intensi Turki juga untuk kemudian menjalin hubungan dengan Timur Tengah ini menjadi suatu keniscayaan.

Untuk memahami perkembangan Turki secara komprehensif dapat berikut disajikan berbagai analisis tentang Turki dalam berbagai perspektif analisis.

Unduh dokumen pada tautan berikut

Views: 122